Desa Waerebo!!!!!
Desa yang terletak sangat terisolasi dari banyaknya mata
yang memandang, desa Waerebo ini berada di atas gunung-gunung megah di
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat.
Ketika tiba di Desa Waerebo |
Karena tempatnya yang sangat terisolasi dan butuh perjuangan
untuk bisa sampai ke desa ini, tidak semua wisatawan bisa dengan mudah
berkunjung ke desa ini. Dengan cara menempuh perjalanan kaki menanjak sekitar 4
jam, dan pulang pergi mencapai 8 jam belum ditambah dengan istirahat di tengah
jalan.
Desa ini awalnya dikenal oleh wisatawan mancanegara
dibandingkan dengan wistawan domestik, hal ini dikarenakan banyak wisatawan
luar negeri yang datang ke daerah ini dibandingkan dengan wisatawan domestik
yang jarang datang ke tanah Flores ini. Pada tahun 2008, pak Yori dan
rekan-rekanya datang ke desa Waerebo, tidak dapat dipungkiri bahwa pak Yori dan
rekanya merupakan wisatawan domestik pertama yang datang ke desa Waerebo ini
setelah banyaknya wisatawan mancanegara yang silih datang berganti. Pak Yori
dan rekan-rekannya merupakan arsitek yang sangat penasaran dengan bentuk
bangunan Mbaru Niang, yaitu rumah khas desa Waerebo, rumah ini merupakan rumah
adat desa yang terkenal dengan keunikan kerucutnya dan memiliki 6 lantai.
Lebih dari dasawarsa terakhir, jumlah mbaru Niang yang
seharusnya ada 7 rumah, hanya tinggal 4 rumah saja, dikarenakan tidak adanya
biaya renovasi sehingga mbaru Niang ini terbengkalai dimakan usia. Namun dengan
datangnya pak Yori dan rekanya, mereka membantu biaya renovasi mbaru Niang
sehingga warga desa dapat merenovasi 3 rumah yang telah rusak dan juga semenjak
itu banyak wisatawan domestik yang datang ke desa Waerebo.
Untuk bisa mencapai desa Waerebo ini, wisatawan memulai
trekking mereka dari desa Denge (desa yang paling dekat dengan desa waerebo
jarak 9km). Jika wisatawan tiba di desa Denge malam hari, maka mereka harus
stay malam itu untuk menunggu pagi harinya, karena jalan menuju desa cukup
membahayakan dilihat dari tekstur tanah yang mudah longsor dan juga harus
menembus hutan yang cukup lebat sehingga ada pelarangan wisatawan yang datang
ke desa Waerebo harus siang hari tidak boleh malam hari.
Perjalanan menuju Wae rebo |
Di desa Denge, wisatawan bisa menginap di homestay Wejang Asih milik Pak Blasius Monta — juga orang Wae Rebo. Di dekat homestay Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan Desa Wae Rebo. Sehingga wisatawan bisa mendapatkan pengetahuan lebih mengenai desa Waerebo. Dengan menginap di homestay milik pak Blasius ini, wisatawan bisa menyiapkan tenaga untuk trreking selama 4 jam menuju desa Waerebo dan dengan membayar sebsar Rp 125.000/orang dengan fasilitas 1 kamar diisi oleh 2-3 orang, makan siang, makan malam dan juga kamar mandi yang bersih.
Homestay di Desa Denge |
Bila wisatawan ingin menginap di desa Wae Rebo, warga desa telah menyediakan kasur, bantal dan juga faslitas lainya untuk wisatawan yang ingin menginap di Mbaru Niang tersebut. Terdapat larangan bagi wisatawan yang baru tiba di desa ini, yaitu dilarang mengambil gambar apapun sebelum melakukan upacara penyambutan oleh warga desa Waerebo, setelah melakukan penyambutan wisatawan baru diperbolehkan mengambil gambar disana.
Kudapa yang disediakan ketika tiba di Waerebo |
Pengalaman yang tak akan terlupa untuk bisa datang dan mengunjungi desa di tengah gunung megah ini, desa khas yang tak ada duanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar