Senin, 14 Desember 2015

Pejuang Desa di Atas Awan


Desa Waerebo!!!!!

Desa yang terletak sangat terisolasi dari banyaknya mata yang memandang, desa Waerebo ini berada di atas gunung-gunung megah di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat.
Ketika tiba di Desa Waerebo
Karena tempatnya yang sangat terisolasi dan butuh perjuangan untuk bisa sampai ke desa ini, tidak semua wisatawan bisa dengan mudah berkunjung ke desa ini. Dengan cara menempuh perjalanan kaki menanjak sekitar 4 jam, dan pulang pergi mencapai 8 jam belum ditambah dengan istirahat di tengah jalan.

Desa ini awalnya dikenal oleh wisatawan mancanegara dibandingkan dengan wistawan domestik, hal ini dikarenakan banyak wisatawan luar negeri yang datang ke daerah ini dibandingkan dengan wisatawan domestik yang jarang datang ke tanah Flores ini. Pada tahun 2008, pak Yori dan rekan-rekanya datang ke desa Waerebo, tidak dapat dipungkiri bahwa pak Yori dan rekanya merupakan wisatawan domestik pertama yang datang ke desa Waerebo ini setelah banyaknya wisatawan mancanegara yang silih datang berganti. Pak Yori dan rekan-rekannya merupakan arsitek yang sangat penasaran dengan bentuk bangunan Mbaru Niang, yaitu rumah khas desa Waerebo, rumah ini merupakan rumah adat desa yang terkenal dengan keunikan kerucutnya dan memiliki 6 lantai.
Lebih dari dasawarsa terakhir, jumlah mbaru Niang yang seharusnya ada 7 rumah, hanya tinggal 4 rumah saja, dikarenakan tidak adanya biaya renovasi sehingga mbaru Niang ini terbengkalai dimakan usia. Namun dengan datangnya pak Yori dan rekanya, mereka membantu biaya renovasi mbaru Niang sehingga warga desa dapat merenovasi 3 rumah yang telah rusak dan juga semenjak itu banyak wisatawan domestik yang datang ke desa Waerebo.
Perjalanan menuju Wae rebo
Untuk bisa mencapai desa Waerebo ini, wisatawan memulai trekking mereka dari desa Denge (desa yang paling dekat dengan desa waerebo jarak 9km). Jika wisatawan tiba di desa Denge malam hari, maka mereka harus stay malam itu untuk menunggu pagi harinya, karena jalan menuju desa cukup membahayakan dilihat dari tekstur tanah yang mudah longsor dan juga harus menembus hutan yang cukup lebat sehingga ada pelarangan wisatawan yang datang ke desa Waerebo harus siang hari tidak boleh malam hari.

Di desa Denge, wisatawan bisa menginap di homestay Wejang Asih milik Pak Blasius Monta — juga orang Wae Rebo. Di dekat homestay Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan Desa Wae Rebo. Sehingga wisatawan bisa mendapatkan pengetahuan lebih mengenai desa Waerebo. Dengan menginap di homestay milik pak Blasius ini, wisatawan bisa menyiapkan tenaga untuk trreking selama 4 jam menuju desa Waerebo dan dengan membayar sebsar Rp 125.000/orang dengan fasilitas 1 kamar diisi oleh 2-3 orang, makan siang, makan malam dan juga kamar mandi yang bersih.

Homestay di Desa Denge
Selain desa yang terisolasi dan juga Mbaru niang yang menjadi ciri khas desa ini, terdapat satu hal lagi yang menjadi ciri khas dari desa ini yaitu Kopi Waerebo, kopi yang dibuat oleh tangan-tangan asli desa Waerebo, kopi ini menjadi salah satu sumber mata pencaharian warga desa, karena kopi nya yang juga enak dan memiliki beberapa jenis kopi yang berbeda sehingga wisatawan bisa memilih kopi mana yang pas untuk mereka.

Bila wisatawan ingin menginap di desa Wae Rebo, warga desa telah menyediakan kasur, bantal dan juga faslitas lainya untuk wisatawan yang ingin menginap di Mbaru Niang tersebut. Terdapat larangan bagi wisatawan yang baru tiba di desa ini, yaitu dilarang mengambil gambar apapun sebelum melakukan upacara penyambutan oleh warga desa Waerebo, setelah melakukan penyambutan wisatawan baru diperbolehkan mengambil gambar disana.
Kudapa yang disediakan ketika tiba di Waerebo

Pengalaman yang tak akan terlupa untuk bisa datang dan mengunjungi desa di tengah gunung megah ini, desa khas yang tak ada duanya.

 

Menikmati Keindahan Pesona Air Terjun Muru Keba

Assalamualaikum WR.WB.

Salam sejahtera untuk kita semua, semoga teman-teman membaca blog ini dalam keadaan sehat dan selalu dilindungi Tuhan Yang Maha Esa.

Pada postingan kali ini saya ingin menunjukkan keindahan air terjun yang masih sangat jarang orang tahu. Yup, MURU KEBA! Air terjun Muru Keba merupakan air terjun yang berada di wilayah desa Waturaka, berada tepatnya di Ende, NTT. Desa Waturaka ini merupakan desa yang amat sangat ramah tamah warga nya serta desa ini juga baru dijadikan sebagai desa wisata yang dibantu oleh Swiss Contact dari segi dana maupun juga dari segi ilmu dalam membantu warga desa dalam menangani tamu yang datang.
Ketenangan desa wisata Waturaka, Ende, NTT
Sudah banyak wisatawan yang datang ke desa Waturaka ini, terutama wisatawan mancanegara. Di desa tersebut juga ada kakak kelas kami saat kamu berkunjung yang sedang melakukan KKN di desa Waturaka sebagai pengajar bahasa Inggris, yaitu Kak Nadia. Banyak warga desa yang mengakui bahwa kak Nadia sangat membantu warga dalam segi bahasa, karena minimnya pendidikan warga yang menjadikanya kurang bisa berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara.

Mayoritas wisatawan yang sudah pernah datang ke desa wisata ini ingin balik berkunjung kembali dikarenakan keramahtamahan yang sungguh hangat dan juga perlakuan ikhlas yang terlihat dari wajah penduduk warga Waturaka. Di sekitar desa, terdapat banyak atraksi wisata yang menjadikanya daya tarik tersendiri. Terdapat kebun yang sangat luas dengan berbagai sayur mayur, peternakan babi, tempat pemandian air panas dan juga yang paling menarik bagi saya adalah Air terjun Muru Keba yang begitu menyegarkan.

Bersama Om Boy dan Keluarga

Untuk dapat mencapai air terjun ini, kami harus berjalan tidak jauh sekitar kurang lebih 15 menit menembus hutan untuk bisa mencapai air terjun ini. Kami juga ditemani oleh warga sekitar dan juga pemandu wisata sebagai penunjuk arah. Dengan aksesibilitas yang seadanya dan kurang memadai kami masih bersemangat dan segera ingin cepat tiba disana. Tiba di air terjun tersebut, saya dan teman-teman langsung tertakjub dengan kesegaran air terjun yang berada di depan mata tersebut. Tidak pikir panjang kami pun segera melepas alas kaki dan langsung masuk ke dalam area air terjun kami pun bermain air bersama disana, sangat segara terutama ketika kami berada di bawah air terjun yang turun langsung dari atas.

Antusias kami saat bermain air
Setelah puas bermain air di bawah air terjun, kami semua mengeringkan badan dan bersiap untuk berjalan turun untuk pulang ke desa Waturaka bersama-sama. Tiba di rumah kamipun mandi dan segera istirahat. Acara sore hari kami dikumpulkan di rumah ketua adat desa Waturaka untuk diskusi setelah itu kami juga diajar untuk mengitari desa yang ternyata sangat luas dengan kebun yang rapi dan juga sangat subur. Terdapat sangat banyak tanaman sayur-sayuran yang sedang panen dan juga terlihat sangat segar. Beberapa sayur yang saya lihat adalah wortel, cabai, kol, labu, terong, beras merah, beras putih, buah strawberry, buah markisa, jagung, dan lainya sampai saya pun lupa sangking banyaknya sayur dan buah yang dipanen sendiri di desa tersebut.
Pemandangan hijau sejauh mata memandang di kebun desa
Selain sayur, saat kami berkeliling, kami melihat terdapat beberapa kandang babi beserta keluarga nya dan anak bayi nya yang masih kecil-kecil, pemandangan yang sangat jarang dilihat langsung oleh mata kepala sendiri. Bahkan ini kali pertama saya melihat babi hutan sebanyak itu hihihihi. Sangat unik dan juga sangat mengagumkan. Sambil berkeliling mataharipun mulai terbenam perlahan. Kami pun mempercepat jalan kami dan terakhir kami datang ke pemandian air panas yang saat itu sangat tepat dengan banyaknya warga yang sedang membersihkan diri. Sehingga kami tidak lama disana lalu kamipun pulang ke rumah masing-masing.

Babi Hutan yang di pelihara oleh warga desa
Setelah beristirahat sebentar dirumah dan makan, kami segera bergegas untuk melihat pertunjukkan oleh warga desa Waturaka yang sangat menarik. Warga desa berpakaian adata dan melakukan tarian dan juga nyanyian adat khas NTT yang unik dan tak terlupa. Dengan udara yang sangat dingin kami tetap bertahan karena keantusiasan yang sanat besar terhadap pertunjukan yang telah disiapkan oleh warga desa. Akhir pertunjukkan pun, kami semua diajak menari bersama dengan warga desa dengan bergandengan tangan membentuk lingkarang sambil menyanyi khas dari desa Waturaka. Malam itu ditutup dengan kehangatan yang tak terlupa hingga pagi-pagi nya dengan berat hati kami harus melanjutkan perjalanan kami dan pergi meninggalkan desa Waturaka. Dua hari satu malam yang tidak pernah terlupa J

Pertunjukan yang diadakan oleh warga desa
 


Sekian blog kali ini,

Terimakasih banyak J

Wassalam Wr.Wb.

Sabtu, 12 Desember 2015

Mengenal Flores lebih dalam :)

Assalamualaikum WR.WB.

Flores..
hmm, siapa sih yang nggak tau Flores? hihihi
mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia pernah mendengar kata Flores. Yup yup, Flores merupakan salah satu destinasi yang sangat mengagumkan yang berada di bagian wilayah tengah negara Indonesia.

Siapa yang nggak bangga punya kekayaan alam yang luar biasa, indah di segala pandangan dan sangat mengagumkan. Arti kata dari Flores ini dari bahasa Portugis, yang berartikan "bunga" hemm seperti artinya Flores memang sangat indah seperti bunga. Berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Flores termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar 14.300 km².


Lokasi Pulau Flores

Penduduk di Flores, pada tahun 2007, mencapai 1,6 juta jiwa. Puncak tertinggi adalah Gunung Ranakah (2350m) yang merupakan gunung tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur, sesudah Gunung Mutis, 2427m di Timor Barat. Pulau Flores bersama Pulau Timor, Pulau Sumba dan Kepulauan Alor merupakan empat pulau besar di Provinsi NTT yang merupakan salah satu provinsi kepulauan di Indonesia dengan 566 pulau. Flores, dengan luas, jumlah penduduk dan sumber daya baik alam maupun manusia yang dinilai cukup memadai, kini tengah mempersiapkan diri menjadi sebuah provinsi pemekaran di NTT. Di ujung barat dan timur Pulau Flores ada beberapa gugusan pulau kecil.

Di sebelah timur ada gugusan Pulau Lembata, Adonara dan Solor, sedangkan di sebelah barat ada gugusan Pulau Komodo dan Rinca. Sebelah barat pulau Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil tersebut, terdapat pulau Sumbawa (NTB), sedangkan di sebelah timur setelah gugusan pulau-pulau kecil tersebut, terdapat kepulauan Alor. Di sebelah tenggara terdapat pulau Timor. Di sebelah barat daya terdapat pulau Sumba, di sebelah selatan terdapat laut Sawu, sebelah utara, di seberang Laut Flores terdapat Sulawesi.
Suku bangsa Flores adalah percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan pernah menjadi Koloni Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa dalam kebudayaan Flores, baik melalui genetik, agama, dan budaya.

Flores memiliki satu dari sekian satwa langka dan dilindungi di dunia yakni Varanus komodoensis atau lebih dikenal dengan Biawak raksasa. Raptil ini hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, keduanya berada di Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat. Selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Flores juga memiliki satu Taman Nasional lagi yang terletak di Kabupaten Ende, yakni Taman Nasional Kelimutu. Daya tarik utama Taman Nasional Kelimutu adalah Danau Tiga Warna-nya yang selalu berubah warna air danaunya. Akan tetapi sesungguhnya di dalam Kawasan Taman Nasional Kelimutu itu tumbuh dan berkembang secara alami berbagai jenis spesies tumbuhan dan lumut.

Oleh karena itu pada awal tahun 2007, pihak pengelola Taman Nasional Kelimutu melai mengadakan identifikasi terhadap kekayaan hayati TN Kelimutu untuk kemudian dikembangkan menjadi Kebun Raya Kelimutu. Jadi, nantinya para wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Alam Kelimutu, selain dapat menikmati keajaiban Danau Tiga Warna, juga dapat mengamati keanekaragaman hayati dalam Kebun Raya Kelimutu.
Di Mataloko, Kabupaten Ngada terdapat sumber panas bumi yang saat ini sedang dikembangkan menjadi sumber listrik. Di Soa, sebelah timur kota Bajawa, ibu kota kabupaten Ngada terdapat tempat pemandian air panas alami. Banyak turis asing yang datang ke sana.
Di Riung, utara kabupaten Ngada, terdapat taman laut 17 Pulau yang seindah Taman laut Bunaken di Manado. Yang unik dari taman laut ini adalah terdapat sebuah pulau yang bernama pulau Kelelawar yang menjadi tempat tinggal ribuan kelelawar.

Pada bulan Oktober lalu, saya dan teman-teman mendapat kesempatan emas untuk dapat mengunjungi Flores yang indah tersebut. Pada awalnya saya masih kurang tertarik dengan Flores, namun begitu tour berlangsung, sungguh saya tidak kecewa dan saya sangat senang karena telah mengikuti tour ke Flores tersebut. Rute yang kami ambil yaitu kami berangkat dari Bandung transit di Denpasar karena tidak ada penerbangan langsung menuju Labuan Bajo sehingga kami harus transit di Denpasar, dari DPS kami terbang langsung ke LBJ atau Labuan Bajo. Sungguh pemandangan yang sangat indah ketika kami berada di atas pesawat rute DPS-LBJ, keindahan alam yang sungguh menawan dari atas. terdapat sangat banyak pulau-pulau kecil yang tersebar luas di laut yang biju nan jernih, kekayaan alam yang masih sangat terjaga dan sungguh pemandangan yang tak pernah bisa terlupa walau hanya melihat dari atas pesawat saja.


Pemandangan rute DPS-LBJ


Dengan melihat pemandangan yang begitu indah, saya langsung tidak sabar untuk segara menginjakan kaki di Labuan Bajo. Waktu yang ditunggu pun tiba, saya dan teman-teman sangat bersemangat ketika tiba di bandara Komodo Labuan Bajo, dari bandara kami langsung berjalan kaki menuju hotel yang jaraknya tidak jauh dari bandara sekitar 5 menit kami tiba dan langsung disambut oleh warga setempat, setelah itu kami coffe break dan langsung masuk kedalam kamar masing-masing.
Acara penyambutan ketika tiba di Labuan Bajo

Waktu yang diberikan kepada kami untuk tour di Flores adalah 6 hari 5 malam dan hal yang sangat unik dalam perjalanan kali ini adalah hampir setiap malam kami menginap di tempat yang berbeda jadi kami harus selalu siap siaga dalam mengatur barang-barang kami sehingga tidak tertinggal di satu tempat. Hari pertama setalah kami tiba di hotel, kami diberi waktu 1 jam untuk bersiap-siap menuju atraksi wisata pertama, kami pergi ke Goa Batu Cermin yang berada sekitar 10 km dari hotel, untuk menuju kesana kami disewakan bus kecil seperti elf namun masih sangat sederhana tidak sebagus di kota-kota besar lainnya.

Batu Cermin

Tiba di Goa Batu Cermin saya sangat takjub karena goa tersebut memiliki skalaktit yang berkilau seperti cahaya yang memancar. Menurut keterangan dari pemandu wisata yang berada disana, goa batu Cermin ini biasanya terkena sinar matahari pada pagi hingga siang hari dan cahaya matahari tersebut memantul ke batu yang disebut batu Cermin tersebut, sehingga batu tersebut memancarkan sinar yang sungguh indah. Sayangnya, himbauan dari petugas wisatawan yang tidak boleh menyentuh batu berkilau tersebut tidak digubris oleh wisatawan yang datang sehingga batu tersebut semakin lama semakin terkikis karena banyak disentuh oleh wisatawan. Setelah berkunjung ke Goa Batu Cermin kami langsung pergi menuju hotel namun diperjalanan kami berhenti untuk melihat sunset yang sangat mengagumkan. Terletak di pinggir jalan, dinamakan dengan Bukit Cinta dikarenakan keindahan panoramanya dan juga sunset yang begitu mengagumkan. pemandangan matahari terbenam sekaligus pulau-pulau kecil yang terpapar indah di tengah laut dapat kita lihat dalam sekali pandangan mata. Sungguh indah bukan main.

Pemandangan sunset yang indah dari Bukit Cinta
Secara keseluruhan, kami mengitari pulau Flores dari mulai Labuan Bajo hingga Maumere :) cukup melelahkan, pada perjalanan kali ini modal utama adalah fisik yang harus kuat, menjaga kesehatan tubuh dari awal perjalanan hingga akhir perjalanan. Selama kami berada di pulau Flores ini kami ditemani oleh guide yang berbeda yang pertama adalah Om Gaba dan kedua adalah Om Dafro hihi mereka berdua merupakan pemandu wisata yang sangat baik, ramah dan juga memiliki wawasan yang luas sehingga hampir semua pertanyaan yang kami ajukan terjawab dengan memuaskan.


2 dosen kami dan 2 pemandu selama di Flores


Sekian untuk posting-an kali ini, terimakasih banyak

Wassalam :)